“Switch?” — The journey of Learn to Unlearn

Mentari Enggar Rizki
5 min readJun 23, 2021

--

Undraw — open source illustration

Halo semua, apa kabar?

Setelah berbulan-bulan nge-pause sebentar untuk menulis karena lagi fokus-fokusnya ngerjain skripsi, di artikel kali ini aku mau membuka dengan membawakan sebuah cerita and hopefully bisa jadi awalan yang fresh buat kalian.

Buat temen-temen yang baru pertama kali kesini aku ucapkan selamat datang dan bagi yang udah ngikutin sejak tulisan tentang HCI (Human Computer Interaction), I just can say thank you so much!

So with no any further do, we can start this. Enjoy~

Mengenal lebih dalam

Perjalanan tiap orang untuk mencapai sesuatu itu berbeda. Bahkan mungkin satu individu saja jalannya penuh lika-liku. Maka dari itu, di artikel ini aku mencoba memperkenalkan diri dan sedikit bercerita mengenai latar belakang yang relate dengan topik.

My name is Mentari, and I’m a system analyst.

Sedikit yang tahu, tapi dulu bersekolah di SMK dengan jurusan Komputer dan Jaringan. Selalu punya mimpi untuk berkuliah di jurusan ilmu komputer, dan akhirnya tercapai dengan diterima di salah satu PTN melalui jalur undangan setelah bertahun-tahun menjaga nilai raport tetap oke. Sebagai maba ambisius pada masanya, mengira dengan background sama-sama IT akan memudahkan di kuliah, tapi ternyata engga juga.

Memutar arah.
UKT mahal, pelajaran mata kuliah nyaris tidak survive. Nyerah? Engga. Mencari cara lebih ekstrim : malah ikut lomba. Nanti uang hasil lomba kalau juara bisa untuk bayar UKT. Sometimes I win, sometimes God give me a chance to learn more. Kegiatan ini dilakukan sampai suatu ketika seorang dosen akhirnya notice dan malah memperkenalkan untuk bekerja di salah satu startup kenalan beliau as a system analyst. Jadi, sejak semester 3, mulai kuliah sambil bekerja.

Tahun berganti, semua berjalan baik, sampai akhirnya skripsi datang dan harus menghadapi kenyataan kalau ternyata engga punya tim alias bakal ngoding skripsi as a fullstack dev.

Nangis? Iya.
Nyerah? Engga. Pasti ada jalan.

Dari jurusan Jaringan → Sistem Analis → Fullstack dev → terus apalagi?

The Journey of Learn to Unlearn

Perubahan itu terjadi kapanpun dan dimanapun.

Juni 2021, sewaktu mengikuti Program Generasi Gigih dari YABB x Gojek, konsep yang relate dengan kehidupan kita ini dijelaskan dalam sebuah webinar. Webinar ini diisi oleh Kak Aleisha yang merupakan Leadership Development Specialist Gojek. Kak Ale membahas bahwa ternyata sikap adaptif serta “The Rule of Unlearning” itu penting banget. Tunggu, the apa?

Kak Ale ketika menjelaskan topik Unlearning

Ya, learning to unlearn adalah belajar untuk “mengosongkan gelas”.

Kak Ale menjelaskan, bahwa ketika ingin mempelajari ilmu baru, kita perlu sejenak mempersilahkan diri kita untuk memahami lebih jauh terhadap sesuatu yang kita tidak tahu. Salah satu caranya adalah membuang beberapa memori belajar kita dahulu untuk mengisinya dengan yang baru.

Jika dianalogikan pikiran adalah sebuah gelas, dan air di dalamnya adalah ilmu, akan lebih baik jika sebelum mengisinya kembali dengan air baru, kita kosongkan terlebih dahulu gelasnya. Seperti pada gambar di bawah:

Illustration by Mentari, icons from Iconify

Namun apabila kita tidak mengosongkan gelas dan memaksa langsung menambahkan air, maka akan tumpah isi gelasnya. Air yang tumpah tadi akan menjadi sia-sia.

Illustration by Mentari, icons from Iconify

“Tapi kan mudah? Unlearn itu hanya perihal melupakan saja kan?”. Pada kenyataannya, ketika proses unlearn diperlukan kebesaran hati dan ego yang perlu direndahkan untuk dapat sampai pada tahap memiliki mindset:

“Loh, ternyata ada hal yang belum aku ketahui sama sekali, aku masih sangat baru disini. Satu-satunya cara adalah pelan-pelan belajar lagi, meskipun dari 0 dan itu gapapa.”

The Switching

Selain Kak Ale, di webinar bersama Kak Opan Mustopah yang lebih banyak membahas mengenai hal teknis, konsep learn to unlearn juga kembali dibawa. Pada pembahasan Kak Opan, hal paling menarik yang ditemukan adalah cerita Kak Opan sendiri mengenai perjalanannya hingga menjadi System Engineer di GoPay.

Kak Opan ketika menjelaskan tentang hal yang akan membantu kita di bidang IT

Pada sesi tersebut, Kak Opan menceritakan bahwa ia awalnya sama sekali tidak pernah terlintas pikiran akan menjadi seorang programmer. Akan tetapi, setelah bertemu dengan seorang kenalan yang akhirnya memberikannya kesempatan untuk bekerja sebagai programmer, Kak Opan mau tidak mau tentu harus belajar lagi. Mulai dari mencari mentor di kantornya, belajar otodidak, hingga mencoba untuk turut berkontribusi di project open source.

Sebagai seorang System Engineer, Kak Opan juga memberikan beberapa tips untuk teman-teman yang sedang “mengosongkan gelasnya” dalam belajar di bidang IT. Contohnya antara lain: kemampuan beradaptasi, kemampuan googling, aktif mengikuti komunitas, dan lain sebagainya.

Diakhir sesi, ada satu pertanyaan dari teman peserta yang nampaknya 11:12 lah sama kegelisahan di hati, yaitu

“Kak, saya berasal dari background non IT, gimana caranya agar saya bisa keep up di bidang ini?”. Dan Kak Opan menjawab,

“Gigih”, kata Kak Opan,
“Bisa banget untuk belajar di bidang ini, banyak sumber belajar, banyak komunitas, bisa gabung disitu.”

Yak, Pasti ada jalan.

Kak Aluwi mungkin bakal ketawa kalo baca tulisan ini dan notice sudah dua kali slogan perusahaannya ditulis. Andai kakak tahu saya ini sedang hard selling biar lolos challange. Btw kalau kalian belum tahu Kak Aluwi itu siapa, Kak Aluwi adalah Co-Founder dan CEO dari Gojek (nanti aku lihatin fotonya).

The “Gigih”

Webinar selanjutnya adalah bersama Kak Aluwi. Dalam sesi tanya jawab, ketika Kak Tara (moderator) bertanya mengenai “Pesan untuk teman-teman Generasi Gigih”, Kak Aluwi menjawab,

Kak Aluwi ketika sesi tanya jawab

“Gue selalu ditanyain ini dan bingung jawabnya gimana. Sejujurnya ya pengalaman gue ya cuma pengalaman gue doang. Apakah gue ngikutin pengalaman orang lain doang, ya engga, karena belum tentu relevan...”

kemudian jeda sebentar,

“Kegigihan itu penting banget sih.”, katanya,
“Apalagi ketika di awal, ketika lo mencoba sesuatu atau membangun sesuatu yang baru selalu ga bakal gampang.”

And that’s the point.

Bahasan demi bahasan, agaknya menceritakan kembali pengalaman melihat webinar satu hingga ketiga seperti mengumpulkan kepingan puzzle, kemudian disatukan. Terutama untuk diri sendiri. Dimana dalam kehidupan intinya ya itu-itu saja.

switch → learning to unlearn → tetap gigih

Kesimpulannya:

Perubahan akan tetap ada (switch) baik yang kita ubah sendiri, maupun keadaan yang memaksa kita. Ketika perubahan itu terjadi, pilihan paling bijak ya kembali belajar dengan cara melepaskan sejenak memori yang dulu dan rendah hati untuk mempelajari hal baru (learn to unlearn). Perubahan membawa kita keluar dari zona nyaman, keluar zona nyaman berarti akan berhadapan dengan tantangan baru. Maka dari itu, kita perlu kegigihan untuk bisa survive menghadapi itu semua.

Terima kasih untuk teman-teman yang telah membaca. Clap and comment will be appreciated. Life goes on, ada pelajaran di setiap harinya, semangat ~

--

--

Mentari Enggar Rizki

System Architect, Data Engineering, & Business Enthusiast.